Keunikan dan Pesona Aceh: Negeri Serambi Mekah yang Wajib Dikunjungi

Aceh: Negeri Serambi Mekah yang Kaya Akan Warisan Budaya dan Alam Aceh, provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia, dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah." Provinsi ini bukan hanya kaya akan sejarah Islam, tetapi juga menawarkan keindahan alam yang memukau dan tradisi budaya yang kuat. Aceh adalah destinasi yang sempurna untuk kamu yang mencari pengalaman wisata yang unik sekaligus mempelajari sejarah panjang Indonesia. 1. Sejarah dan Peran Islam di Aceh Aceh memiliki sejarah panjang sebagai pintu masuk Islam di Nusantara. Sejarah mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai di Aceh adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Karena itulah Aceh dijuluki Serambi Mekah, sebagai simbol peran pentingnya dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Hingga saat ini, adat istiadat dan hukum syariah masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh menjadi ikon utama yang sering dikunjungi wisatawan. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempa...

PERBUALAN RASULULLAH PADA WAKTU MALAM

Sayyidatuna Asyah ra bercerita:

"Sebelas orang wanita duduk-duduk, lantas mereka berjanji tidak akan menyembunyikan perilaku suami-suami mereka walau sedikitpun (untuk dibicarakan). "

Wanita pertama berkata, "Suami saya bagaikan unta kurus yang tinggal di puncak gunung berbatu. unta itu tidak berada ditanah datar sehingga dapat dijemput untuk pulang dan tidak berbadan gemuk, sehingga ada orang yang berminat untuk memungutnya. 

Wanita kedua pula berkata, "Suami saya pula. Tidak berani ungkapkan terus terang ceritanya karena takut dia akan menveraikan saya. Apabila saya sebutkan (terus-terang) berarti saya telah mencabut urat leher dan pusatnya. 

Wanita ketiga pula berkata, "Suami saya kurua tinggi dan tidakmenarik. Apabila saya sebutkan kekurangannya, saya akan diceraikannya. Apabila sya berdiam diri saya digantung tidak bertali."

Wanita keempat pula berkata, "Suami saya bagaikan malam di negeri Tihamah. Tidak panas dan tidak dingin, tidak menakutkan dan tidak membosankan."

Wanita kelima pula berkata, "Suami saya apabila pulang ke rumah dia suka menggauli saya. Apabila keluar rumah dia berani bagaikan singa. Dia tidak pernah bertanya seauatu yang menjadi miliknya (bila telah tiada)."

Wanita keenam pula berkata, "Suami saya apabila makan sangat kelahap, apabila minum dia minum sehingga tidak ada yang tinggal. Apabila berbaring dia berselimut sendirian. Tidak pernah tangannya menyusup kedalam selimut saya untuk mengetahui kesedihan saya."

Wanita ketujuh pula berkata, "Suami saya cepat lelah, bodoh, pokoknya seluruh keaiban ada pada dirinya. Dia akan mendera kamu jika menjadi isterinya."

Waniya kedelapan pula berkata, "Suami saya sentuhannya lembut seperti arnab dan bagaikan sentuhan bunga-bungaan dan badannya harum seharum bunga yang wangi."

Wanita kesembilan pula berkata, "Suami saya mempunyai kedudukan disisi masyarakat, bersifat dermawan dan mempunyau teman-teman dari golongan banhsawan."

Wanita kesepuluh pula berkata, "Suami saya namanya malik. Siapakah malik itu?" "Dia lebih baik daripada yang dapat saya ungkapkan disini. Dia mempunyai unta yang banya di kandangnya, tetapi sedikit ditempat gembalaannya. Apabila unta-unta itu mendengar musik dan gambus, mereka yakin akan disembelih (untuk para tetamu)."

Wanita kesebelas pula berkata. "Suami saya Abu Zar'in. Siapakah Abu Zar'in itu? Dia gerakkan telinga saya yang sarat dengan perhiasan.  Dia menggemukkan lengan tanga saya dengan daging. Dia selalu menggembirakan saya, maka senanglah saya kepadanya. Sebelumnya, dia menemukan saya di tengah-tengah pengembala kambing yang miskin, lalu dia jadika saya berada dikalangan orang yang memiliki kuda, unta, lembu dan ladang. Di sisinya saya berbicara dan tidak sepatah kata kasar pun yang di ucapkannya kepada saya. Saya berasa puas tidur bersamanya sampai subuh, kemudian saya minum bersamanya dengan puas pula. 

Tentang ibu Abu Zar'in, "Tahukah kalian ibu Abu Zar'in? "Dia adalah seorang yang kaya, mejanya besar dan rumahnya luas."

Tentang putera Abu Zar'in. "Tahukah kalian putera Abu Zar'in? 

"Tilam pembaringannya bagaikan serat pelepah kurma yang halus (mewah)  dan makanannya iayalah sepotong paha anak kambing."

Tentang puteri Abu Zar'in. "Tahukan kalian puteri Abu Zar'in?"

"Dia seorang yang patuh kepada orang tuanya. Sempit pakaiannya karena gemuk dan dicemburui oleh madunya."

Tentang orang suruhan Abu Zar'in. "Tahukah kalian tentang orang suruhan Abu Zar'in?"

"Dia seorang yang jujur, amanah dan tidak pernah memberitahu kepada orang lain tentang perbualan kami. Dia tidak pernah memindahkan makanan kami kepada orang lain dan dia teidak pernah membawa tetamu kerumah kami."

Wanita kesebelas ini selanjutnya bercerita, "Pada suatu hari, Abu Zar'in bermusafir, sedangkan waktu itu masa susu bunatang sedang melimpah ruah. Lantas dia bertemu dengan seorang wanita yang mempunyai dua orang anak. Kedua-duanya tangkas setangkas harimau. Keduanya bermain-main di riba wanita itu. Lalu Abu Zar'in menceraikan saya dan bernikah dengan wanita tersebut. Kemudian saya bernikah pula dengan seorang lelaki yang juga dari kalangan bangsawan. Dia adalah penunggang kuda yang cekap dan pemegang tombak  keluaran khatti Pada siang hari. Dia bawakan kepada saya unta-unta yang banyak lalu menyerahkannya kepada saya. Dia berikan kepada saya setiap binatang ternakan itu sepasang-sepasang, seraya berkata, "Wahai ummu Zar'in! Makanlah dan berilah kepada keluargamu." Sungguhpun demikian (keadaan suami yang baru ini), apabila saya himpunkan semua pemberiannya kepada saya masih belum dapat memenuhi sebuah bejana terkecil Abu Zar'in."

'Aisyah Ra Selanjutnya berkata, "Maka Rasulullah Saw bersabda kepada saya, "Saya di sampingmu bagaikan Abu Zar'in di samping Ummu Zar'in."**

**Di dalam riwayat Nasaei ditambah: Rasulullah Saw bersabda, "Sedangkan saya tidak menceraikan kamu, "Aisyah ra berkata," Wahai Rasulullah! Kamu lebik baik daripada Abu Zar'in."


@kitab kesempurnaan Rasulullah saw terjemahan dari kitab  Mukhtasar al Syamail Muhammadiyyah yang disusun oleh Syeikh Abdul Majid al Syarnubi al Azhari pada asalnya, kitab al Syamail al Muhammadiyyah karya al Hafiz al imam al Tirmizi.

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

STATUS ACHEH DALAM NKRI

Menteri Pendidikan Aceh Merdeka angkatan tahun 1976

SYARAT UNTUK DI TERIMA MENJADI TEUNTRA DAULAH ISLAMIYAH